Rabu, 15 Oktober 2025

 Energi Tak Terbarukan: Cadangan yang Semakin Menipis

Pengertian Energi Tidak Terbarukan

Energi Tidak Terbarukan adalah sumber energi yang berasal dari sumber daya alam yang proses pembentukannya membutuhkan waktu jutaan tahun dan memiliki jumlah yang terbatas di Bumi. Sumber energi ini disebut "tidak terbarukan" karena laju konsumsi manusia jauh lebih cepat dibandingkan laju pembentukannya kembali secara alami. Seiring waktu, cadangan sumber energi ini akan menipis dan pada akhirnya akan habis. Sumber energi ini menjadi tulang punggung perekonomian global selama revolusi industri, tetapi keterbatasannya mendorong dunia untuk mencari alternatif yang berkelanjutan.

Contoh Energi Tidak Terbarukan

Hampir semua sumber energi tidak terbarukan utama adalah bahan bakar fosil, yang terbentuk dari sisa-sisa organisme purba yang terkubur dan mengalami tekanan serta panas selama jutaan tahun. Contoh utama dari energi tidak terbarukan meliputi:

 * Batu Bara: Batuan sedimen yang mudah terbakar, kaya akan karbon, dan merupakan sumber utama untuk pembangkit listrik di banyak negara. 



 * Minyak Bumi (Petroleum): Cairan kental berwarna gelap yang diekstrak dari bawah tanah, disuling menjadi berbagai produk seperti bensin, solar, dan avtur.

 * Gas Alam: Campuran gas hidrokarbon yang terutama terdiri dari metana, sering ditemukan bersamaan dengan minyak bumi dan digunakan untuk pemanas dan pembangkit listrik.

 * Energi Nuklir (Uranium): Meskipun prosesnya berbeda, bahan bakar nuklir seperti Uranium juga dianggap tidak terbarukan karena cadangannya terbatas dan memerlukan penambangan.

Dampak Penggunaan Energi Fosil bagi Lingkungan

Ketergantungan pada bahan bakar fosil memiliki dampak lingkungan yang serius dan luas, yang menjadi alasan utama dorongan global menuju energi terbarukan. Dampak-dampak tersebut antara lain:

 * Pemanasan Global dan Perubahan Iklim: Pembakaran batu bara, minyak, dan gas alam melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca (terutama karbon dioksida (\text{CO}_2)) ke atmosfer. Gas ini memerangkap panas, menyebabkan peningkatan suhu rata-rata global (pemanasan global) dan memicu pola cuaca ekstrem (perubahan iklim).

 * Polusi Udara: Pembakaran fosil melepaskan polutan berbahaya lainnya seperti sulfur dioksida (\text{SO}_2), nitrogen oksida (\text{NO}_x), dan partikel halus (\text{PM}). Zat-zat ini menyebabkan masalah pernapasan, hujan asam, dan kabut asap.

 * Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan dan Pengeboran: Proses ekstraksi bahan bakar fosil, seperti penambangan batu bara terbuka atau pengeboran minyak lepas pantai, dapat merusak ekosistem, menyebabkan deforestasi, dan mencemari air serta tanah.

 * Ancaman Tumpahan Minyak: Transportasi minyak melalui laut berisiko tinggi terjadinya tumpahan minyak yang sangat merusak kehidupan laut dan pesisir.




Sumber informasi dan gambar: Gemini 
Sumber vidio: YouTube 


Oktober 15, 2025   Posted by Zidan Rizky Aditya with No comments

0 komentar:

Posting Komentar

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Search